Rahim Pengganti

Bab 202 "Bedrest"



Bab 202 "Bedrest"

0Bab 202 "Bedrest"     

"Aduh!!" pekik Dira. Mendengar suara sang istri membuat Andra langsung mendekat ke arah sang istri, Andra begitu panik menatap keadaan istrinya.     

Tanpa mengeluarkan suara Andra langsung membawa Dira menuju ke dalam mobil, pria itu begitu panik ketika melihat kondisi istri nya. Sungguh hal seperti ini, tidak pernah ada dalam ingatan Andra.     

Selama di perjalanan Dira terus meringis kesakitan, dan hal itu membuat Andra begitu tidak tenang. Hampir saja pria itu menabrakan mobil nya ke pembatas jika saja Andra tidak berhati hati, setelah hampir tiga puluh menit mobil yang dikendarai oleh Andra sudah sampai di lobby rumah sakit, segera pria itu keluar dan berteriak memanggil satpam atau suster untuk membantu nya.     

***     

Napas Andra masih belum stabil, pria itu hanya bisa terdiam saat mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut sang dokter rasa nya saat ini jantung Andra seolah dipaksa untuk di cabut dan di keluarkan.     

"Kami mohon, untuk menjaga kandungan istri anda. Karena saat ini, kandungan nya begitu lemah, bahkan sangat lemah. Jika terjatuh atau pasien memikirkan hal yang begitu keras lagi, saya tidak tahu harus berbicara apa. Yang pasti, akan ada kehilangan," ucap dokter Bayu. Dokter kandungan yang memeriksa keadaan Dira, setelah mengatakan hal itu dokter tersebut pergi meninggalkan Andra yang masih terdiam di sana.     

Tempat tidur Dira sudah keluar dari ruang IGD dan di pindahkan menuju ruang rawat, Andra tak pernah berhenti untuk bisa menatap sang istri memberikan kekuatan meskipun Andra tahu hal itu tidak berguna, karena Dira lebih memilih memendam semua nya seolah diri, tanpa mau berbagi.     

Malam hari nya, kondisi Dira sudah mulai membaik bahkan wanita hamil itu sudah mau makan meskipun, masih bergerak seorang diri tidak mau di bantu oleh Andra.     

"Permisi," ucap seorang suster. Andra menatap bingung dengan suster tersebut, karena jam untuk kunjungan dokter sudah habis. "Maaf saya mengganggu ini tadi ada ojek online mengantar makanan untuk Ibu Dira," lanjut nya. Dira lalu meminta suster itu mendekat dan setelah di berikan Dira mengucapkan terima kasih. Suster tersebut lalu keluar dari dalam ruangan, Andra menatap ke arah istri nya dengan tatapan yang sulit di artikan. Wanita hamil itu begitu bahagia ketika melihat bungkusan makanan tersebut.     

"Mas sini, aku beli ayam bakar tadi aroma nya enak," ucap Dira. Andra masih menatap ke arah istri nya tidak berniat untuk bergerak sedikit saja. Pria itu tidak mengerti harus bersikap seperti apa saat ini, sungguh hari Andra begitu teriris dengan sikap Dira yang seperti ini, Andra tahu bahwa apa yang terjadi sebelumnya benar benar membuat Dira terluka namun, apakah sampai sedetil ini. "Mas ayo sini, kita makan sama sama. Aku sengaja nggak minta kamu, karena kamu pasti lelah makanya aku pesan ojek aja biar bisa kita makan sama sama," lanjut Dira.     

Mendengar penjelasan dari Dira seketika membuat Andra menyesal sudah berpikiran mengenai hal tersebut. Andra lalu mendekat ke arah istri nya, "Ayo sini Mas kita makan, sih adek pengen makan bareng papa nya," ucap Dira. Seketika dada Andra menghangat ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Dira, sungguh diri nya begitu terharu mendengar hal tersebut.     

Mereka berdua lalu menikmati makanan tersebut dengan begitu bahagia, Dira tidak pernah lepas tersenyum ke arah suami nya, begitu juga dengan Andra yang tertawa melihat tingkah istri nya yang berbeda dari biasa nya.     

Setelah selesai makan yang tengah malam, kedua nya lalu tertidur dengan berpelukan. Malam ini dokter meminta Dira untuk istirahat di rumah sakit, besok pagi baru boleh pulang dan dengan terpaksa Dira menurut akan hal tersebut.     

Andra memeluk istri nya dengan begitu posesif, pria itu tidak akan membuat Dira kecewa kembali, Andra akan melakukan apa saja demi membuat bahagia sang istri.     

Keesokan hari nya, Dira sudah diperbolehkan untuk pulang namun, dokter memberitahu bahwa Dira harus Bedrest di rumah sampai waktu yang tidak di tentukan. Hal itu di lakukan demi kandungan Dira yang begitu lemah, beberapa vitamin juga sudah diberikan kepada ibu hamil itu, supaya bisa sehat.     

"Mas aku mau makan tahu goreng di dekat sekolah abdi," ucap Dira.     

"Siap. Laksanakan," jawab Andra.     

Mobil yang dikendarai oleh Andra segera melesat menuju ke tempat tersebut, tidak banyak pembicaraan di dalam mobil hanya suara musik yang terdengar namun, tetap genggaman tangan Andra tidak pernah lepas menggenggam tangan istri nya begitu erat. Setelah sampai di penjual tahu goreng, Dira langsung meminta suami nya turun.     

"Beli 20 ribu ya mas. Bilang sama bapak nya saus kacang nya banyak," ucap Dira. Andra hanya bisa pasrah, sungguh saat ini nafsu makan Dira luar biasa. Namun, meskipun seperti itu, Andra tetap memberikan semua yang terbaik untuk sang istri.     

Tak lama Andra datang dengan dua kantong plastik penuh tahu goreng yang di minta oleh sang istri, pria itu bahkan sempat kaget ketika melihat hasil nya. Ingin mengurangi namun, kasihan dengan penjual hingga akhir nya Andra membawa makanan tersebut kepada sang istri yang sudah menatap diri nya dengan begitu bahagia.     

"Wah enak banget, mana saus kacang nya Mas. Ini itu makanan favorit aku banget, enak banget loh Mas," ucap Dira.     

Andra ikut tersenyum ketika melihat senyum di bibir istri nya ingin sekali diri nya mengecup bibir manis itu namun, balik lagi Andra tidak mau membuat istri nya tersakiti karena apa yang diri nya lakukan takut jika diri nya jadi kebablasan, apalagi dokter mengatakan bahwa Andra harus menjaga Dira dengan begitu baik dalam kondisi istri nya seperti saat ini. Andra segera menjalankan mobil nya meninggalkan tempat tersebut, dan menuju ke rumah mereka sepanjang jalan Dira memberikan tahu goreng kepada suami nya supaya Andra merasakan nya.     

"Enak banget, kan Mas. Maka nya aku suruh beli 20 ribu."     

Andra mengakui apa yang diucapkan oleh sang istri, bahwa tahu goreng tersebut begitu enak. Sehingga Andra juga jadi suka dengan hal itu, ketika mobil mereka sudah sampai di depan rumah. Kedua nya di kagetkan dengan kedatangan Mama Ayu dan bunda Gina yang sudah menunggu di sana.     

"Bunda dan Mama, ngapai di sini Mas? Aku, kan udah bilang jangan kasih tahu mereka," gerutu Dira.     

"Aku nggak ngasih tahu mereka loh, aku juga bingung kenapa mereka bisa ada di sini," balas Andra.     

Kedua nya lalu turun dari dalam mobil, tak lupa tahu goreng yang masih ada di bawa juga oleh Dira. Bahkan wanita itu tidak henti henti nya memakan tahu tersebut.     

"Kalian ini, dari mana sih," ucap Mama Ayu dengan kesal. "Kami udah dari tadi nungguin kalian, ayo dong masuk Mama udah capek," lanjut Mama Ayu, lalu Andra segera membawa kedua wanita itu masuk ke dalam rumah nya, namun, yang membuat Dira bingung kedua orang tua nya itu tidak datang sendirian melainkan ada seorang wanita yang berusia hampir sekitar 40 an tahun menurut Dira ikut bersama dengan Mama Ayu dan Bunda Gina.     

"Kami berdua ke sini, itu pengen ngasih tahu kalian ini Mama udah cariin asisten rumah tangga buat kalian berdua."     

"Tidak ada penolakan," potong bunda Gina. Wanita itu langsung memotong sebelum kedua orang pasangan ini berkomentar. "Iya tidak ada penolakan. Ini mbok ulan, yang bakalan tinggal bersama kalian. Dia yang akan membantu Dira di sini, jadi kamu bisa istirahat. Mama nggak mau sesuatu terjadi dengan menantu dan cucu mama, apalagi ini kehamilan pertama."     

Dira tidak bisa membantah lagi, wanita itu pasrah mendengar titah dari sang mama dan Buna yang sudah keputusan final dan hal itu juga bagus untuk diri nya yang harus banyak istirahat.     

"Mbok Ulan, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Dira.     

"Boleh non, mau tanya apa," balas mbok Ulan.     

"Mbok ada anak cewek nggak? Kalau ada jangan di bawa ke sini ya. Aku nggak mau nanti jadi seperti kasus si Mawar. Anak dari asistennya di bawa ke sini, eh malahan jadi selingkuhan mas Andra."     

Semua orang kaget mendengar ucapan dari Dira, sejak hamil sikap random wanita itu benar benar membuat mereka semua kaget, sungguh Dira membuat Andra tidak tahu harus berucap seperti apa.     

"Astaga Dira, kamu kenapa ngomong gitu," ucap Buna Gina.     

"Bukan gitu Bun, Buna nggak lihat bagaimana berita yang viral sekarang? Aku tuh cuman nggak mau aja hal itu terjadi, maka nya aku antisipasi. Jadi gimana mbok apa mbok punya anak cewek?" tanya Dira lagi.     

"Non Dira tenang aja, anak nya mbok cuman dua non. Laki laki semua dan udah menikah semua, mbok hanya tinggal sendirian sejak suami mbok meninggal. Jadi non Dira dan mas Andra bisa tenang," jawab mbok Ulan.     

Andra hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku sang istri yang luar biasa, sungguh sikap Dira ini membuat orang lain hanya bisa menatap nya kesal.     

"Alhamdulillah mbok, kalau gitu aku senang. Maaf ya mbok, aku hanya ingin melindungi apa yang menjadi milik aku," ucap Dira lagi.     

"Nggak apa apa Non, itu arti nya non Dira begitu mencintai suami nya. Maka nya pengen yang terbaik," balas mbok Ulan.     

Mendengar balasan seperti itu membuat Dira bersemu merah, dan hal itu membuat kebahagian lain untuk Andra. Pria itu begitu senang mendengar hal seperti itu, karena sejujurnya Andra belum mendengar pengakuan cinta dari sang istri.     

***     

Mbok Ulan saat ini, sedang berada di dapur bersama dengan Dira yang sedang duduk di sana. "Non Dira suka makan apa? Biar nanti bisa mbok bikinkan," ucap mbok Ulan.     

"Dira sih suka semua makanan mbok, hanya saja saat ini harus makan yang benar benar matang, kemarin Dira hampir kehilangan anak mbok," ucap Dira.     

"Astaga, kenapa Non. Ya ampun, pasti karena kecapekan. Feeling nya nyonya Ayu dan nyonya Gina emang terbaik," ucap mbok Ulan.     

Apa yang katakan mbok Ulan benar, kedua nya seolah sudah tahu bahwa Dira sedang tidak baik baik saja, sehingga membuat sebuah keputusan untuk menyewa asisten rumah tangga. Dira lalu mulai bercerita semua nya, kepada mbok Ulan. Kedua nya sudah begitu dekat meskipun baru beberapa jam bertemu namun, Dira sudah menganggap mbok Ulan seperti orang tua nya.     

Banyak hal yang diceritakan oleh Dira kepada mbok Ulan, mengenai semua kebiasaan diri nya dan sang suami, saat Dira sedang bercerita Andra segera datang mendekat dan memeluk Dira dari belakang.     

"Mas!!" pekik Dira. Sungguh Dira langsung melihat ke arah mbok Ulan yang tersenyum melihat tingkah laku mereka, "Kamu tuh sekali nggak bikin kaget bisa nggak sih mas," gerutu Dira. Sedangkan Andra hanya memasang wajah tersenyum nya saja, pria itu begitu bahagia jika menggoda sang istri hingga raut wajah Dira kesal seperti saat ini. "Kamu makin cantik loh sayang, kalau cemberut seperti ini," ucap Andra.     

"Mbok saya ke atas dulu ya, mau mandi. Nanti kita cerita cerita lagi ya mbok,"     

"Siap non."     

Dira lalu mencoba melepaskan diri nya dari sang suami, dan langsung masuk ke dalam kamar mereka. Hal itu tidak di sia sia kan oleh Andra, pria itu lalu ikut sang istri masuk ke dalam kamar.     

"Mas kamu ngapain ke sini," ucap Dira. Andra bukan nya, menjawab pria itu malahan berbaring di atas tempat tidur dengan senyum yang begitu mengembang dan hal itu membuat Dira kesal. Wanita hamil itu lalu masuk ke dalam kamar mandi, dan tak lupa mengunci pintu Dira tidak ingin sesuatu hal terjadi, karena Dira tahu bagaimana suami nya.     

Di dalam kamar mandi, Dira tidak membutuhkan banyak waktu, wanita itu sudah keluar dari dalam sana. Di lihat ke arah tempat tidur sang suami, sedang memangku laptop nya, Andra tidak pernah bisa melepaskan laptop nya sebentar saja. Pria itu benar benar pekerja keras sekali dan laki laki yang bertanggung jawab menurut Dira.     

Setelah selesai dengan urusan nya di dalam kamar, Dira lalu keluar dan segera menuju ke dapur. Di meja makan, sudah tertata dengan sangat rapi makanan yang baru saja di masak oleh Mbok Ulan.     

"Ini mbok semua yang masak?" tanya Dira.     

"Non Dira mau makan apa, biar mbok buatkan kalau makanan ini tidak suka," jawab mbok Ulan.     

"Ini makanannya enak semua mbok, aku jadi semakin semangat."     

Mbok Ulan senang mendengar nya segera saja, Dira memanggil sang suami untuk makan bersama. Tak lama, Andra segera turun dari dalam kamar.     

"Ayo mas kita makan bersama, ini mbok Ulan udah masak banyak."     

Andra membalas dengan anggukkan kepala nya, dan mereka lalu makan bersama. Ibu hamil ini, begitu menikmati makanan nya. Dan hal itu membuat Andra begitu senang, karena jika Dira senang maka anak di dalam kandungan nya juga akan bahagia.     

***     

Hari demi hari di lalui oleh Dira dengan begitu banyak perjuangan, ibu hamil itu semakin tidak betah berada di dalam rumah, selama menjalani proses bedrest Dira hanya mengajar dari zoom atau group chat, karena Andra tidak memberikan izin kepada istri nya untuk pergi ke kampus dan hal itu membuat Dira hanya bisa pasrah.     

Sama hal seperti hari ini, Andra sengaja membawa semua urusan kantor nya ke rumah, agar bisa menemani sang istri mengajar dan ruang tamu menjadi tempat mereka berdua. Mbok Ulan begitu peka dengan keadaan wanita paruh baya itu tidak pernah lupa membuatkan banyak cemilan untuk Dira supaya majikan nya tidak bosan.     

"Ini non batagor nya," ucap mbok Ulan sambil memberikan satu piring batagor. Tadi pagi Dira mengatakan ingin memakan batagor dan untung lah mbok Ulan bisa melakukan semua nya sehingga, wanita itu langsung memasak keinginan sang majikan. "Terima kasih mbok, ini saus kacang nya enak banget," balas Dira.     

Wanita hamil itu segera memakan makanan yang diri nya ingin kan sejak tadi, Andra yang ada di sana hanya bisa geleng geleng kepala melihat sang istri yang baru beberapa hari ke luar dari rumah sakit tapi nafsu makan nya sudah begitu bersemangat.     

"Mas kamu nggak mau?" tanya Dira.     

"Kamu aja makan nya, sayang. Mas mau lanjut kerjaan dulu," ucap Andra. Dira langsung merespon dengan anggukkan kepala nya.     

Sedangkan di tempat lain saat ini Arka sedang terlihat kesal dengan urusan kampus nya, Arka yang di tunjuk sebagai salah satu anggota BEM harus berdebat dengan seorang gadis yang baru pindah ke kampus mereka dan hal itu membuat Arka benar benar kesal.     

"Gue nggak mau tahu, di sini gue yang jadi panitia. Kenapa dia yang protes. Kalau kalian mau mendengarkan ucapan silakan, tapi gue mundur," ucap Arka dengan sangat kesal. Pria itu bergitu kesal dengan keadaan saat ini sungguh bukan hal ini yang di inginkan oleh Arka, gadis itu seolah ingin mengatur dan mematahkan semangat Arka di depan para teman teman nya. "Arka lo nggak bisa seperti ini," ucap Anton. Pria itu menyusul Arka yang terlihat sangat kesal dengan keadaan rapat.     

"Jadi gue harus gimana? Terima harga diri gue di injak injak. Lo tahu nggak gue tuh kesal banget, sumpah gue pengen lempar itu anak. Kalau bukan cewek udah habis," ucap Arka kesal. Raut wajah nya sudah merah padam, siapa saja yang melihat sudah tahu jika saat ini Arka sedang tidak baik baik saja, Anton memaklumi pasti setiap orang akan pusing dengan apa yang dilakukan tadi, Arka yang tidak pernah marah berubah menjadi seseorang yang pemarah.     

"Kalau kalian mau pake keputusan dia silakan tapi gue nggak akan mau gabung lagi, gue masih punya harga diri. Sebagai seorang pria di patahkan dan dipermalukan di depan umum itu, sangat tidak enak."     

Setelah mengatakan hal itu, Arka pergi mengendarai motor nya pria itu begitu kesal dengan apa yang terjadi hari ini, dan Anton hanya bisa menarik napas nya panjang. Pria itu lalu masuk kembali ke dalam ruangan rapat, terlihat gadis yang bernama Olla itu menundukkan kepala nya.     

"Gue minta maaf, gue nggak maksud bilang seperti itu, sungguh gue nggak maksud," ucap Olla.     

"Maka nya kamu itu, baru di sini dan harus nya dengarkan dahulu. Bukan malahan memotong dan akhir nya gini, gue juga kalau jadi Arka bakalan marah. Ton gue cabut," ucap Gladis.     

Bukan hany Gladis yang pergi dari tempat tersebut, tapi beberapa orang lain nya. Arka di pilih bukan karena memiliki wajah yang tampan tapi juga, karena pria itu cerdas dan bisa di andalkan. Itulah kenapa Arka menjadi ketua namun, karena ucapan yang menurut Arka merendahkan membuat pria itu sangat kesal.     

Sedangkan Olla hanya terdiam di sana, Anton tidak bisa berkata kata lagi, diri nya juga tidak mengerti harus berbuat yang jelas jika Arka sudah marah maka akan sulit membuat pria itu mau melakuakn semua nya lagi. Anton sangat mengenal Arka, pria itu tidak mudah tersinggung hanya saja jika sudah kelewatan batas maka jangan pernah salah kan Arka jika berbuat yang berbeda.     

"Bang gimana?" tanya Olla.     

Anton hanya bisa menatap sejenak, lalu pria itu menarik napas nya begitu panjang, tidak tahu harus berkata seperti apa yang jelas saat ini diri nya harus berupaya membuat Arka mau melanjutkan tugas nya kembali.     

"Gue nggak tahu harus gimana La. Gue udah pernah bilang sama lo untuk jaga ucapan lo, nggak selama nya yang menurut lo baik di nilai baik juga sama orang lain. Lo harus nya bisa menyampaikan pendapat di waktu yang tepat bukan seperti ini, Arka bukan orang yang mudah marah. Tapi kalau dia sudab marah itu arti nya lo udah keterlaluan. Gue nggak tahu harus gimana lagi," ucap Anton.     

Setelah mengatakan hal itu, Anton lalu pergi meninggalkan Olla seorang diri, sedangkan Olla hanya bisa terdiam diri nya tidak tahu harus bersikap seperti apa saat ini Olla hanya bisa menangis dalam diam, sungguh hal ini membuat diri nya bingung harus bersikap seperti apa.     

Di lain tempat Arka, pergi ke rumah sang kakak. Selalu jika Arka ada masalah maka, pria itu akan menemui kakak nya dan berbagi cerita. Arka tidak suka bercerita dengan kedua orang tua nya yang selalu, mengatakan banyak ceramah.     

"Permisi mbok. Kak Dira ada?" tanya Arka.     

"Ada den, langsung masuk aja. Non Dira sama Mas Andra lagi duduk di ruang keluarga," jawab Mbok Ulan.     

Jangan tanya kenapa Arka sudah mengenal mbok Ulan, hal itu karena sebelum berada di rumah Dira. Mbok Ulan lebih dulu di latih di rumah bunda Gina, karena wanita itu ingin semua nya terbaik untuk sang anak.     

"Terima kasih mbok," balas Arka. Pria itu lalu masuk ke dalam rumah, hal pertama yang di lihat oleh Arka adalah kakak dan kakak ipar nya sedang bermesra sambil berpelukan dengan begitu erat.     

"Ya elah, kalian berdua nggak tahu tempat atau gimana sih setiap sudut mesra mulu," ucap Arka. Mendengar hal itu membuat Dira dan juga Arka segera menoleh ke belakang, dan kedua nya kaget melihat ekspresi wajah Arka yang di tekuk yang terlihat begitu kesal. "Kamu kenapa?" tanya Andra.     

"Gue bete banget bang, sumpah," ucap Arka. Dira dan Andra saling menatap satu dengan lain nya, kedua nya mengerti jika Arka sudah seperti ini maka ada hal yang terjadi, mengenal Dira membuat Andra tahu bagaimana sikap Arka adik ipar nya itu akan datang jika diri nya sedang marah dan terbukti raut wajah Arka begitu tidak bersahabat. "Den Arka sirup jeruk nya, supaya lebih segar," ucap mbok Ulan. Sambil memberikan secangkir sirup kepada mereka. "Ini buat pak mil dan ibu mil," lanjut mbok Ulan.     

"Terima kasih ya mbok."     

Mbok Ulan membalas dengan anggukkan kepalanya, lalu tinggal mereka bertiga di sana. Arka memejamkan mata nya, pria itu terlihat sangat jelas sedang tidak baik baik saja.     

"Kamu mending istirahat di dalam kamar sana, dari pada darah tinggi. Nanti kalau udah tenang baru deh cerita," ucap Andra. Arka lalu membuka matanya dan segera beranjak dari tempat duduk tak lupa dirinya membawa sirup segar yang di buat oleh mbok Ulan. Kamar tamu di rumah ini, sudah menjadi kamar milik Arka. Jika pria itu menginap maka kamar itulah tempatnya.     

"Itu anak pasti lagi berantem di kampus," ucap Dira.     

"Biarkan dia istirahat dulu, sayang. Nanti baru kita tanya."     

Dira setuju dengan ucapan sang suami, keduanya lalu kembali melanjutkan aktivitas mereka menonton bersama.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.